A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka hal itu
berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab
atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah
kadar pertanggungjawabannya. Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C
itulah kadar pertanggung-jawabannya.
Bila si mahasiswa malas belajar, dan ia sadar akan hal itu. Tetapi ia tetap
tidak mau Belajar dengan alasan capek, segan dan lain-lain. Padahal ia
menghadapi ujian.Ini berarti bahwa si mahasiswa tidak memenuhi
kewajibannya,berarti pula ia tidak bertanggung jawab.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya.Untukmemperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui
pendidikan,penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B.
MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau
untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia manghadapi
manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi
lingkungan alamo Dalam usahanya itu manusia juga menuadari
bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu
kekuasaan Tuhan. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dibedakan
menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya.
Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung
jawab, yaitu :
(a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang
untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan
kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa
memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya
sendiri Menurut sifat dasamya manusia adalah mahluk bermoral,
tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang
pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri angan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat,
perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan
bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari
kesalahan, kekeliruan,baik yang disengaja maupun tidak.
Contoh:
Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-sebentar ia melihat
jalan, tetap juga ia lengah, dan terperosok ke sebuah
lobang. kakinya terkilir. Ia menyesali dirinya sendiri akan
kejadian itu.Ia harus beristirahat dirumah beberapa hari.
Konsekwensi tinggal di rumah beberapa hari merupakan tanggung jawab
sendiri akan kelengahannya.
(b) Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri. ayah-ibu dan anak-anak. dan juga
orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung
jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung
jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan. pendidikan, dan
kehidupan.
Contoh :
Seorang ibu telah dikarunia tiga anak, kemudian
oleh sesuatu sebab suaminya meninggal dunia, karena ia tidak
mempunyai pekeIjaan/tidak beketja pada waktu
suaminya masih hidup maka demi rasa tanggung
jawabnya terhadap keluarga ia melacurkan diri.
Ditinjau dari segi moral hal ini tidak bisa diterima karena
melacurkan diri tennasuk tindakan di kutuk,
tetapi dari segi tanggung jawab ia tennasuk
orang yang dipuji. karena demi rasa
tanggung jawabnya terhadap keluarga ia rela berkorban
menjadi manusia yang hina dan dikutuk.
(c) Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain. sesuai dengan kedudukannya sebagai
mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia
lain maka ia hams berkomunikasi dengan
manusia lain tersebut. Sehingga dengan
demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat
yang tentunya mempunyai mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam
masyarakat tersebut Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh:
Hanafi terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina
pakaian pengantin adat Minangkabau. Ia tidak memakai
pakaian itu, bahkan penutup kepala yang
dikeramatkan pun semula ditolak. Tetapi setelah ada ancaman dari
pihak pengiring, terpaksa Hanafi mau memakainya juga. Di
dalam peralatan itu hampir-hampir pernikahan
dibatalkan,karena timbul perselisihan antara pihak kaum
perempuan dengan pihak kaum laki-laki. Pangkalnya dari Hanafi
juga. Ia berkata pakaian mempelai yang masih sekarang
dilazimkan di negerinya, yaitu pakaian secara zaman dahulu,
disebutkannya cara anak komedi Istambul. Jika ia dipaksa memakai
secara itu, sukalah urung sahaja, demikian katanya dengan
pendek. Setelah timbul pertengkaran di dalam keluarga pihaknya
sendiri akhimya diterimalah, bahwa ia memakai smoking,
yaitu jas hitam, celana hitam, dengan berompi dan berdasi putih. Tetapi
waktu hendak menutup kepalanya,
sudah berselisih pula. Dengan kekerasan ia
menolak pakaian dester suluk,yaitu pakaian
orang Minangkabau. Bertangisan sekalipun perempuan meminta
supaya ia jangan menolak tanda keminangkabauan yang satu, yaitu
selama beralat saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah ia nanti memakai
sekehendak hatinya pula. Hanafi tetap menolak kehendak orang tua, ia tidak
hendak menutup kepala, karena lebih gila pula
dari pada anak komidi, bila memakai dester
saluk dengan baju smoking dan dasi. Setelah ibunya sendiri
hilang sabamya dan memukul-mukul dada di muka anak yang “terpelajar” itu,
barulah Hanafi menurut kehendak orang banyak, sambil mengeluh dan teringat akan
badannya yang sudah “tergadai”. Untunglah ia menurutkan hal menutup
kepala itu, karena sekalian pengantar dan pasuinandan (pengiring bangsa
perempuan) sudah berkata bahwa mereka talc sudi mengiringkan “mempelai
didong”. Akhimya Hanafi tunduk pula dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, Meskipun harus bersitegang dahulu. Sebagai pertanggungjawaban
kecongkakan dan kesombongannya itu, Hanafi harus menerima rasa antipati
dari masyarakat Minangkabau yang sangat ketat terhadap adat itu (salah
asuhan)
(d). Tanggung jawab kepada Bangsa /
Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga
negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku
manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah,
maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
Contoh:
1) Dalam novel jalan tak ada ujung
karya Muchtar Lubis, Guru Isa yang tekenal sebagai guru yang baik, terpaksa
mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru
isa ini harus pula dipertanggung jawabkan kepada pemerintah kalau perbuataan
itu diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
2) Kumbakarna menolak perintah kakaknya, juga
rajanya yaitu Rahwana untuk berperang melawan rama, karena kakanya
berbuat keburukan. Bukan main Rahwana. Ia membangkit-bangkitkan hutang budi
Kumbakama terhadap kerajan Alengka. Kumbakama menyadari kedudukannya sebagai
pang1ima perang, karena itu berangkat juga ia ke medan perang menghadapi
Rama. Akan tetapi ia maju ke medan perang bukan karena membela kakanya,
melainkan karena rasa tanggung jawabnya sebagai panglima yang harus membela
negara ( Ramayana)
(e). Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan
untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab Iangsnng
ternadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari
hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab sud melalui
berbagai macam agama Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan
oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak
menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan
perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang
seharusnya dilakukan manusia ternadap Tuhan sebagai penciptanya,
bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
Contoh:
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut
tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada
pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya
mengabdikan din kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya.
Dalam rangka memenuhi tanggung jawab ini ia
berkorban tidak memenuhi kodrat manusia
pada umumnya yang seharusnya
meneruskan keturunannya yang sebetulnya juga merupakan
sebagian tanggung jawabnya sebagai mahluk Tuhan.
C.
PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian
dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu
sendiri.
(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat,
atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian
itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang
bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan. hal itu
berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita
membantu ternan dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari
itu bukan pengabdian. tetapi hanya bantuan saja. Berikut ini
diberikan gambaran bagaimana orang tua mengabdi kepada
putra-putrinya demi kebahagiaan keluarga mereka.
Sepasang suami istri guru sekolah dasar
di sebuah desa. Anaknya cukup banyak. yaitu 6
orang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga
besar tesebut. si ibu tetap bekerja sebagai guru.
karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil, Si
ibu di rumah tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai
ibu rumah tangga, karena memang tidak mampu
membayar pembantu. Untuk urusan pendidikan di
sekolah si bapak yang bertanggung jawab,
sedangkan si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan
rumah tanggga. Si Bapak mcmbimbing putra-putrinya
dalam belajar di rumah malam hari.
scdangkan siang hari saling dengan praktek
biologi seperti menanam sayur. memelihara ternak yang
hasilnya langsung dapat dimanfaatkan oleh keluarga. Si ibu mcngajar
putra-putrinya memasak, mencuci piring. mencuci pakaian.
membersihkan rumah. Anak-anaknya yang mulai
besar menjadi semacam asistennya. Setelah anak-anaknya
mulai harus sckolah di kota, mereka itu hanya disewakan kamar yang murah dengan
harus memasak dan mencuci sendiri yang sudah terlatih baik waktu di
desa. Demikianlah maka kamar itu makin
banyak penghuninya oleh adik-adik yang juga
menyusul kakak untuk belajar di kota.
Sekali seminggu seorang pulang untuk mengambil
uang dan perbekalan di desa, dan
sekali sebulan ayah-ibu datang ke kota untuk
tetap mengakrabkan hubungan mereka sebagai keluarga,
sekaligus mengontrol apakah anak-anaknya
menjalankan kewajibannya secara benar. Hal
demikian juga dilakukan oleh keluarga itu
waktu anak terbesar harus masuk ke perguruan tinggi. Pada
waktu si sulung sudah tarnat dan bekerja, ia pindah ke tempat kerjanya dan
berfungsi sebagai donateur ternadap adik-adiknya.Walhasil
seluruh putra-putri keluarga guru tersebut dapat menamatkan
sekolahnya dan menjadi sarjana. Sementara itu si
bapak dan ibu bertahan bekerja sebagai guru di desa
demi mengabdi kepada putra-putrinya agar
dapat menjadi manusia yang hidupnya tidak
sesulit dirinya. Waktu mereka sudah pensiun, mereka
merasakan bahwa pengabdiannya pada putra-putrinya juga
sudah cukup, mereka merasa puas karena mampu membekali
putra-putrinya dengan ilmu yang dijadikan kail
dalam menempuh kehidupan ini. Orang
tua itu tidak membekali dengan ikan, karena akan
cepat habis tanpa bekas !
Manusia tidak ada dengan sendirinya,tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan.
Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian
berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan
perwujudan tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengabdian kepada agama atau kepadaTuhan terasa menonjolnya seperti yang
dilakukan oleh para biarawan dan biarawati. Pada umumnya mereka itu adalah
orang-orang yang terjun di ladang Tuhan karena kesadaran moralnya,karena
panggilanTuhan. Mereka meningggalkan keluarganya dan tidak akan
berkeluarga, Sehingga hampir seluruh waktu waktu, pikiran, tenaga maupun
kegiatan hanya tercurah untuk memuliakan Tuhan. Dalam agama yang tidak
membedakan manusia atas dasar ras ataupun bangsa itu, para biarawan atau
biarawati ditempatkandi daerah – daerah yangjauh dan terpencil.Semuanya
dilakukan dengan semboyan tugas sud. Selain pada gereja Katolik,pada agama
Budha juga dikenal biarawati atau biarawan dengan sebutan bhiksu dan bhiksuni
dengan cara kehidupan yang tidak jauh berbeda.
Pengabdian kepada negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan
oleh pegawai negeri yang bertugas menjaga mercusuar di pulau yang terpencil.
Mereka bersama keluarganya hidup terpencil terpencil dari masyarakat ramai,
sementara ito sctiap ban tiupan angin kencang dan laut tidak pernah bernenti,
apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam rnengabdikan diri demi
keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh
pegawai negri di kota tidak dapat dirasakan,mungkin sekali-sekali bila mereka
memperoleh cuti tahunan. Kesenangandan kegembiraansesamapegawai negri haanya
mereka bayangkan secara terang di alam yang demikian sepi. Anak-anak mereka
sulit berkembang sebagai mahluk sosial, dan tebatas untuk dapat mengembangkan
diri akibat terpencilnya tempat tinggalnya. Dengan membandingkanmereka dan
kehidupan kawan-kawannya di kota atau di tempat yang lebih enak terasa arti
pengorbanan mereka demi keselamatan manusia lain, bangsa dan negara sendiri.
Berapa banyakkah orang yang mau dan mampu menghayati pengorbanan mereka itu.?
(b). Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti
persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk
menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat
kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu
pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat
dirasakan bila kita membaca atau mendengarkan kotbah agama. Dari kisah
para tokoh agama atau nabi, manusia memperoleh tauladan, bagaimana
scmestinya wajib berkorban. Berikut ini diberikan dua buah
penggambaran.
Pangeran Sidharta Gautama dari Kapilawastu diharapkan oleh ayahnya untuk
kemudian menggantikan kedudukannya sebagai raja. Tetapi, Pangeran tersebut
lebih tetarik pada kehidupan pertapa untuk memperoleh penerangan agung
bagaimana caranya manusia dapat membebaskan dirinya dari
sengsara (samsara) melalui pelepasan (mokhsa) dan mencapai kehidupan
abadi di sorga (nirvana). Ia mengorbankan kehidupannya yang mewah duniawi dalam
istana, ia mengorbankan kepentingan keluarganya, karena memandang bahwa
kepentingan umat manusia yang bodoh (avidhya) perlu didahulukan. Usahanya
berhasil memperoleh penerangan agung di tcmpat pertapaan Bodh Gaya, yang
kemudian disiarkan kepada umat manusia. Ia rela mengorbankan duniawinya,
keluarganya. demi kepentingan umat manusia yang derajatnya lebih tinggi.
Ia menjadi seorang Budha yang akhimya tidak dilahirkan kembali dan menjadi
pendiri agama Budha.
Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengorbankan putra
tunggalnya Ismail. Walaupun ia sangat sayang pada putranya tersebut,
perintah Allah untuk mengorbankan tetap dipatuhinya. Allah menguji
kesetiaan dan besamya pengorbanan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak sampai
hati melihat pisaunya dipotongkan ke leher putranya, tetapi ia sudah
bertekad setia menjalankan perintahNya. Kemudian terbukti. bahwa putra yang mau
dikorbankan kepada Allah sudah berganti dengan biri-biri. Pengorbanan
yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah lebih tinggi kadamya daripada
pengorbanan oleh nabi ibrahim sekarang yang ditiru oleh oleh umat Islam yang
menjalankan ibadah haji di Tanah Suci maupun umat Islam di wilayah lain dengan
mengorbanan temak untuk keperluan fakir miskin pada hari raya Idul Qurban.
Perbedaan antara pengertian pcngabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas.
Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama
kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih
rendah tingkatannya. Tetapi untuk kala pengorbanan dapat juga diterapkan
kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dan pengabdian. Pengorbanan dapat
berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat
juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan
secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian,
tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan
sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada
pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya,
waktu. Dalam pengabdian selalu
dituntut pengorbanan,tetapi pengorbanan belum tentu menuntut
pengabdian.
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok
terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang juga menuntut
pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar disitu
tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus
oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung
jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. Ia
hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat
setempat. Pengorbanan yang ia berikan
berupa tenaga, pikiran,waktu untuk kepentingan anak didiknya.
Dalam novel berjudul “Siti Nurbaya” karya
Marah Rusli, betapa besar pengorbanan gadis
Siti Nurbaya sebagai pengabdiannya kepada
orang tua. Orang tua Siti Nurbaya tidak mampu
membayarhutang kepada Datuk Maringgih. Sebagai tebusannya, Siti
Nurbaya dibujuk agar bersedia kawin dengan Datuk Maringgih,
si tua bangka, walaupun sebenamya ia sudah mengikat
janji dengan pemuda pujaannya bemama Syamsul Bahri.
Demi pengabdian kepada bapaknya , Siti Nurbaya bersedia
memutuskan hubungannya dengan Syamsul Bahri dan mau
dikawinkan dengan Datuk Maringgih, walaupun
dcngan perasaan yang sangat berat.
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan.
Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan
ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari
tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik.
Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan
kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi
tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan
refleksi tetang realitas dan manusia.
Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan
tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran
selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya.
Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi
(ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya
perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya
sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour
soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia
tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas
manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk
mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan
yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak
dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas
menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not
what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi.
Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi
tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre
merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada
manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu
berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih
hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri
hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan
keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal
hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran
manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual
(pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala
pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di
dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang
terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi
merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang
terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang
secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang
hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami
realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the
given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang
sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia
jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
D.
Pengertian kesadaran
Kesadaran adalah
kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan
yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya),
siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah
sadar akan politik.
Refleksi
merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau
bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang
dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia.
Kesadaran
menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia.
Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en
sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran
berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa
kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan
sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara
saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada
manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis
menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya
sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan
menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan
tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam
kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan
bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is.
Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki
kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari
pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan
kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu
eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan
kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk
mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat
dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran
sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu
proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara
kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi
(pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara
epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi
tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak
mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman
indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan.
Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan
sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari
suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta
dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang
tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence).
Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung
diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
Referensi : http://isnaenicandra.blogspot.com/2013/01/tugas-manusia-dan-pandangan-hidup.html